Emen Suwarman, salah seorang legenda hidup Persib. Ia lahir di Majalengka, 18 Mei 1939. Mengawali kariernya menjadi pemain sepakbola yang kala itu masih bernama sepakraga, di klub Persindra Indramayu. Guru Emen, biasa dia disapa, sudah bermain bola sejak 1950. Karena kecintaan terhadap sepakbola, dan memang ketika itu pada tahun 1950-1960 sedang terjadi gejolak ekonomi, memaksa Guru beserta kawan-kawannya mencari nafkah dari bermain sepakbola. Guru yang menempati posisi kanan dan kiri dalam (saat ini disebut gelandang serang) membuat Letkol Djunaedi Pemilik PSAD KODAM VI Siliwangi (sekarang KODAM III Siliwangi) terpikat. Saat itu, Djunaedi melihat bakat Guru pada kompetisi antarklub di Indramayu tahun 1958. Guru langsung diajak ke Bandung untuk bergabung dengan PSAD.
Bersama PSAD, Guru berhasil membawa klubnya menjuarai lima kali berturut-turut kompetisi KADI (Kesebelasan Angkatan Darat Indonesia) pada 1958, 1959, 1960, 1961, dan 1962. Saat prestasinya bersinar di klub, dia direkrut Persib bersama Omo Suratmo dan Wowo Sunaryo. Meski bermain untuk Persib dan menjadi staf sipil di Angkatan Darat, Guru merasakan bagaimana gejolak ekonomi saat itu dan membuat dia hidup dalam serba kekurangan. "Dalam sebulan, keperluan rumah tangga saat itu bisa mencapai Rp 100, sedangkan saya hanya mampu mengumpulkan uang paling besar Rp 70 sebulan," ujarnya. Namun Guru tidak putus asa. Ia tetap bermain bola. Talenta dia akhirnya terlihat pelatih timnas Indonesia asal Yugoslavia, Tony Poganic. Guru akhirnya dipanggil timnas untuk berlaga pada Turnamen Internasional Merdeka Games di Kuala Lumpur Malaysia pada tahun 1962.
Tahun itu sangat berkesan bagi Guru, karena timnas menjadi juara. Tim yang dikalahkan timnas di antaranya Korea Selatan dengan skor 3-0, Filipina 9-0. Sukses di Kuala Lumpur itu, membuat Guru menjadi bagian dari kekuatan timnas. Ia ikut dalam laga persahabatan tur Eropa, Seoul Korea Selatan, Tokyo Jepang, Saigon Vietnam. Bahkan ketika menang telak 6-0 di Tokyo, Guru ikut main. Perjalanan karier sepakbola Guru Emen cukup cemerlang. Nama dia di timnas bersinar, tetapi sayang belum pernah membawa Persib juara di Kompetisi Perserikatan. Padahal, saat itu ada 13 pemain dari Persib yang memperkuat timnas.
Setelah pensiun dari pemain, Guru tetap mendedikasikan dirinya untuk Persib. Ia menjadi asisten pelatih bersama Djadjang Nurdjaman dan pelatih Indra Thohir ketika Persib menjuarai kompetisi terakhir Perserikatan PSSI 1993-1994 dan Liga Indonesia I 1994-1995. Pria berusia 71 tahun ini kini sudah tiga tahun menjadi masseur Persib. "Menjadi bagian dari Persib merupakan kebanggaan yang sangat luar biasa," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar