Minggu, 31 Oktober 2010

Emen "Guru" Suwarman Membawa Timnas Juarai Merdeka Games

Emen Suwarman, salah seorang legenda hidup Persib. Ia lahir di Majalengka, 18 Mei 1939. Mengawali kariernya menjadi pemain sepakbola yang kala itu masih bernama sepakraga, di klub Persindra Indramayu. Guru Emen, biasa dia disapa, sudah bermain bola sejak 1950.  Karena kecintaan terhadap sepakbola, dan memang ketika itu pada tahun 1950-1960 sedang terjadi gejolak ekonomi, memaksa Guru beserta kawan-kawannya mencari nafkah dari bermain sepakbola. Guru yang menempati posisi kanan dan kiri dalam (saat ini disebut gelandang serang) membuat Letkol Djunaedi Pemilik PSAD KODAM VI Siliwangi (sekarang KODAM III Siliwangi) terpikat. Saat itu, Djunaedi melihat bakat Guru pada kompetisi antarklub di Indramayu tahun 1958. Guru langsung diajak ke Bandung untuk bergabung dengan PSAD.

Bersama PSAD, Guru berhasil membawa klubnya menjuarai lima kali berturut-turut kompetisi KADI (Kesebelasan Angkatan Darat Indonesia) pada 1958, 1959, 1960, 1961, dan 1962. Saat prestasinya bersinar di klub,  dia direkrut Persib bersama Omo Suratmo dan Wowo Sunaryo. Meski bermain untuk Persib dan menjadi staf sipil di Angkatan Darat, Guru merasakan bagaimana gejolak ekonomi saat itu dan membuat dia hidup dalam serba kekurangan. "Dalam sebulan, keperluan rumah tangga saat itu bisa mencapai Rp 100, sedangkan saya hanya mampu mengumpulkan uang paling besar Rp 70 sebulan," ujarnya. Namun Guru tidak putus asa. Ia tetap bermain bola. Talenta dia akhirnya terlihat pelatih timnas Indonesia asal Yugoslavia, Tony Poganic. Guru akhirnya dipanggil timnas untuk berlaga pada Turnamen Internasional Merdeka Games di Kuala Lumpur Malaysia pada tahun 1962.

Tahun itu sangat berkesan bagi Guru, karena timnas menjadi juara. Tim yang dikalahkan timnas di antaranya Korea Selatan dengan skor 3-0, Filipina 9-0. Sukses di Kuala Lumpur itu, membuat Guru menjadi bagian dari kekuatan timnas. Ia ikut dalam laga persahabatan tur Eropa, Seoul Korea Selatan, Tokyo Jepang, Saigon Vietnam. Bahkan ketika menang telak 6-0 di Tokyo, Guru ikut main. Perjalanan karier sepakbola Guru Emen cukup cemerlang. Nama dia di timnas bersinar, tetapi sayang belum pernah membawa Persib juara di Kompetisi Perserikatan. Padahal, saat itu ada 13 pemain dari Persib yang memperkuat timnas.

Setelah pensiun dari pemain, Guru tetap mendedikasikan dirinya untuk Persib. Ia menjadi asisten pelatih bersama Djadjang Nurdjaman dan pelatih Indra Thohir ketika Persib menjuarai kompetisi terakhir Perserikatan PSSI 1993-1994 dan Liga Indonesia I 1994-1995. Pria berusia 71 tahun ini kini sudah tiga tahun menjadi masseur Persib. "Menjadi bagian dari Persib merupakan kebanggaan yang sangat luar biasa," ujarnya.

Djadjang Nurdjaman "From Zero to Hero"





SELAIN Ade Dana, ada satu nama lain yang pernah mengantarkan Persib Bandung menjadi juara, baik sebagai pemain maupun pelatih. Dia adalah Djadjang Nurdjaman. Sebagai pemain, Djadjang mengantarkan Persib menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986, 1989-1990 dan 1993-1994. Sebagai pelatih, Djadjang merasakan gelar juara ketika menjadi asisten pelatih Indra M. Thohir di Liga Indonesia (LI) I/1994-1995.

Namun, dari empat kesempatan merasakan gelar juara bersama Persib, baik sebagai pemain maupun pelatih, momen yang paling berkesan dan takkan pernah dilupakan Djadjang adalah ketika "Maung Bandung" menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986. Pasalnya, dalam pertandingan final menghadapi Perseman Manokwari di Stadion Utama Senayan (sekarang Gelora Bung Karno), Djadjang merupakan pahlawan kemenangan lewat gol tunggal yang dicetaknya pada menit 77. Usai pertandingan, Djadjang dielu-elukan puluhan ribu bobotoh. "Itulah momen yang takkan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya," kata Djadjang.
 Namun, delapan tahun sebelumnya, Djadjang pernah menangis karena gagal mempertahankan eksistensi Persib di jajaran elit persepakbolaan nasional. Ketika Persib degradasi ke Divisi I Kompetisi Perserikatan pada tahun 1978, karena PSSI mulai memberlakukan pembagian divisi, Djadjang merupakan salah seorang pemain yang tampil dalam pertandingan "play-off" melawan Persiraja Banda Aceh. Persib gagal masuk ke dalam lima tim yang berhak tampil di Divisi Utama karena kalah 1-2 dari Persiraja.

Komposisi pemain yang tampil dalam pertandingan "play-off" pada tanggal 27 Januari 1978 itu adalah Syamsudin (kiper), Bambang, Kosasih, Encas Tonif, Giantoro/Herry Kiswanto, Zulham Effendi, Cecep, Nandar Iskandar, M. Atik/Djadjang Nurdjaman, Max Timisela, Teten. "Sebagai pemain yang masih junior, waktu itu saya sangat terpukul dan sedih karena Persib gagal bertahan di jajaran elit sepak bola nasional," ujarnya.

Hijrah ke Galatama
Berbekal luka mendalam, Djadjang memutuskan untuk meninggalkan Persib dan beralih menjadi pemain profesional yang tampil di Kompetisi Galatama. Ketika meninggalkan Bandung, anak Majalengka ini berharap suatu saat kembali untuk memberikan sebuah kebanggaan buat Persib. Tim yang dibelanya di Galatama adalah Sari Bumi Raya Bandung (1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), Mercu Buana Medan (1982-1985).

Ketika Mercu Buana bubar pada pertengahan tahun 1985, Djadjang memutuskan pulang kampung dan langsung diterima pelatih Nandar Iskandar sebagai anggota skuad Persib yang tengah berjuang di Kompetisi Perserikatan 1986. Harapan Djadjang untuk mengobati lukanya pada tahun 1978 akhirnya kesampaian, ketika Persib akhirnya menjadi juara pada musim itu.

Bobotoh, Hidayah Terindah Suporter Sepakbola

Terkadang sempat terpikir betapa meruginya diri penulis andai tidak dibesarkan di Bandung dan mengenal apa itu Persib. Ya, beruntunglah kawan-kawan kita semua yang telah mendapat “hidayah” menjadi seorang bobotoh Persib. Tak dapat dipungkiri, itulah salah satu karunia terindah yang pernah diberikan oleh-Nya bagi mereka yang merasakannya.

Mengapa menjadi bobotoh begitu istimewa dan luar biasa? Bukankah sama saja dengan mereka yang mengaku dirinya Jakmania, Aremania, Persikmania, Viola dll. Dengan lantang dan tegas, mereka yang merasa dirinya bobotoh akan menjawab," beda!." Jika kita kaitkan dengan kata "hidayah" di atas, tidak ada rekayasa dan muncul tanpa paksaan, maka dalam konteks ranah fanatisme murni suporter sepakbola tentang kecintaan terhadap klub, akan sangat mudah kita arahkan kepada Persib dan bobotohnya.

Jauh sebelum lahirnya kelompok suporter bernama Viking (yang konon total anggotanya mencapai 50.000 orang), Persib telah dikenal memiliki begitu banyak pendukung fanatik yang tersebar terutama di Jawa Barat. Pada pertandingan final Kompetisi Perserikatan 1985 Persib melawan PSMS, Stadion Senayan yang berkapasitas 120.000 tempat duduk tak mampu membendung suporter Persib yang datang ke sana mencapai sekitar 140.000 orang. Penonton meluber hingga pinggir lapangan.

Dalam artian jika Viking yang merupakan bagian kecil dari bobotoh saja berjumlah demikian banyak, bayangkan jumlah total bobotoh terhitung sejak Viking belum dideklarasikan pada tahun 1993. Ini berbeda dengan kelompok suporter lain yang hadir karena memang direkayasa dengan cara deklarasi, sengaja mengumpulkan massa atau bagaimanapun caranya. Biasanya suporter jenis ini pada awalnya memang berbentuk organisasi, barulah banyak anggota yang bergabung. Jika organisasi kelompok suporter ini bubar, maka dapat dipastikan tak ada lagi pendukung yang identik dengan klub bersangkutan berdomisili. Namun, tentunya ada beberapa perkecualian setidaknya untuk kota-kota yang sejak awal memang memiliki tradisi sepakbola yang mengakar dan dikenal memiliki pendukung fanatik dengan jumlah banyak, terutam sejak era Kompetisi Perserikatan seperti Medan (PSMS), Bandung (Persib), Surabaya (Persebaya), dan Makassar (PSM).

Misalkan saja, Viking terpaksa bubar, tentunya yang namanya bobotoh akan tetap ada dan siap membirukan stadion saat Persib berlaga. Begitupun pula jika Persebaya Fans Club, Fazters ataupun YSS gulung tikar, yang namanya "Bonek" tentunya tetap banyak dan selalu ada untuk mewarnai langkah Persebaya. Hal yang sama berlaku andai saja KAMPAK di Medan ataupun Maczman di Makasar lenyap dari bumi nusantara, suporter-suporter alami dan simpatisan mereka yang fanatik tetap akan selalu ada seperti era Perserikatan dulu.

Menjadi bobotoh memang seakan menjadi takdir dan dorongan alami saat seseorang melihat ayah, kakek, atau lingkungan sekitar begitu kental dan selalu membicarakan tentang sepak terjang "sang idola", Persib Bandung. Bahkan sulit menceritakan kapan persisnya seseorang jatuh hati kepada Persib, karena rasa itu seakan hadir dan melekat secara alamiah dalam perjalanan hidup seorang bobotoh.

Rasa itu hadir tanpa perlu dideklarasikan, diorganisir dan direkayasa dalam segala keterikatan formal. Jika saja saat ini muncul kelompok suporter seperti Viking, toh itu hanya kebutuhan saja, karena jumlah anggota dan banyak hal yang perlu distrukturisasi. Jauh sebelum dan tanpa itu pun, mereka tetap bobotoh yang hingga kapan pun memiliki keterikatan emosional dengan bobotoh non-Viking. Jadi bukan ketika menjadi anggota Viking seseorang dianggap menjadi bobotoh Persib, tetapi ketika yang bersangkutan mulai terpikat oleh pesona Persib.

Dapat dipastikan, sebelum bobotoh berbaju fans club, dia tentu telah menjadi seorang bobotoh. Jikalau memutuskan bergabung dengan bendera fans club itu hanyalah sebuah pilihan yang mempertimbangkan banyak faktor seperti kawan, teritorial, gaya hidup dll. Namun satu yang pasti , menjadi bobotoh bukanlah sebuah pilihan. Bobotoh adalah “hidayah”, mungkin itulah kata yang paling tepat, dalam konteks unik ala supporter tentunya.

Inilah Pembelaan Dari Jovo Tentang Rencana Evaluasi Dirinya

Pelatih Jovo Cuckovic dalam posisi tidak nyaman di kursi pelatih Persib. Pascakekalahan dari Persija 0-3, seperti dilansir dari beberapa media, nasibnya di Persib akan ditentukan setelah hasil pertandingan melawan PSPS Pekanbaru, Selasa (2/11). Pelatih asal Serbia ini melakukan pembelaan atas rencana manajemen Persib tersebut. Menurut Jovo, ketika Persib kalah, hampir semua pihak menyalahkan dirinya, sehingga dia merasa tersudutkan. "Sepertinya mereka tidak melihat kesulitan yang saya hadapi untuk melatih dengan serius dan secara profesional," ujarnya.

Menurut Jovo, semua mengatakan Persib adalah tim besar yang dihuni pemain-pemain bintang kelas satu Indonesia. Namun, dia hanya melihat pemain-pemain bintang di luar lapangan. "Memang saya akui mereka adalah pemain-pemain tim nasional, tetapi ketika bermain untuk Persib, mereka masih membawa label mereka sebagai pemain nasional bukan bermain sebagai pemain Persib," ujarnya. Ia menambahkan sebuah kesulitan yang amat sangat kompleks, tim sebesar Persib tidak memilki infrastruktur pendukung yang layak. Sebagai contoh adalah lapangan. Persib tidak memiliki lapangan milik sendiri yang layak untuk berlatih. Kebanyakan lapangan yang dipakai untuk latihan tidak memenuhi syarat untuk berlatih. Lapangan itu keras, tidak rata, atau tidak bisa digunakan karena sedang dalam perbaikan.
"Bagaimana bisa menjalankan program latihan saya kalau untuk berlatih kita masih mencari-cari lapangan. Tenaga dan konsentrasi pemain sudah menurun dan habis dalam perjalanan menuju tempat latihan. Program latihan saya pun terkendala ketika latihan ditunda atau dibatalkan tiba-tiba hanya karena lapangan tidak bisa dipakai akibat cuaca yang terus-menerus hujan. Meski kita tidak bisa melawan kondisi cuaca, seharusnya ada alternatif lain yang dapat dijadikan solusi ketika lapangan tidak bisa dipakai," kata Jovo.

Infrastruktur yang tidak mendukung, kata Jovo, akan mengakibatkan pelatih dan pemain kesulitan untuk melakukan perkembangan baik dalam latihan maupun dalam pertandingan. Lapangan yang selalu berpindah-pindah bukan saja menggangu konsentrasi dan menurunkan semangat latihan para pemain, tetapi juga bisa membuat pemain enggan untuk berlatih maksimal karena takut mengalami cedera. Contohnya di mes Persib saat berlatih untuk persiapan melawan Persija. Lapangan di sana sangat keras dan tidak layak untuk dipakai sebagai lapangan berlatih taktik dan strategi.  "Permasalahan utama saja tidak diperhatikan, bagaimana dengan nasib perkembangan teknik dan kemampuan berkonsolidasi tim," ujarnya.

Jovo mengutarakan banyak yang bertanya kepada dirinya tentang penerapan strategi dan taktik. "Saya katakan, berikan saya bola, peralatan latihan untuk variasi latihan, lapangan yang layak dan semua pemain tanpa terkecuali, maka saya bisa konsentrasi penuh untuk menerapkan taktik dan strategi. Terlalu banyak pemain yang absen secara bergantian, bagaimana saya bisa menerapkan strategi dan taktik permainan untuk dipahami seluruh pemain jika setiap latihan selalu saja ada yang tidak bisa mengikuti latihan denga berbagai alasan seperti cedera, sakit, ada keperluan pribadi, dipanggil timnas dan lain-lain."
Ia pernah bertanya kepada manajemen kenapa lapangan di mes tidak dimaksimalkan sebagai tempat latihan. Di sana fasilitas sudah ada seperti kamar tidur, ruang "meeting", ruang makan, dapur, lampu lapangan, dan tempat-tempat kosong untuk dijadikan pos-pos ruangan lain seperti ruang medis yang layak, ruang fitness dan lain-lain. Dengan begitu, semua bisa berkumpul di sana. Di lain pihak, saat ini semua pemain tidak dalam satu ruma. Itu yang menjadikan mereka harus mengeluarkan tenaga dan konsentrasi ekstra ketika menjalankan agenda latihan, dan dia pun mengalaminya.

"Tidak masalah buat saya jika saya harus tinggal di mes, asalkan semua pemain pun ada di sana. Itu lebih mudah buat saya untuk bekerja. Untuk lapangan, kita bisa mengganti dengan rumput sintetis. Memang rumput sintetis harganya mahal, tetapi itu garansi untuk 50 tahun ke depan. di Eropa bahkan di negara-negara Asia yang menginginkan perkembangan tim sepabolanya maju pesat, mereka semua menggunakan lapangan denga rumput sintetis. Tidak ada alasan hujan, panas, salju atau rumput yang tidak rata, latihan akan tetap bisa berjalan pagi, siang, sore bahkan malam hari. Jika sudah ada lapangan dengan rumput sintetis, maka tidak perlu lagi ada pengeluaran uang untuk membeli solar dan menyewa lapangan. Saya akan pastikan para pemain pun akan lebih konsentrasi dan semangat untuk berlatih. Jika latihan maksimal, saya yakin saat bertanding pun mereka akan lebih maksimal," ujarnya

Kamis, 28 Oktober 2010

Robonaut 2, Robot Sahabat Para AstronotRobonaut 2, Robot Sahabat Para Astronot

Akhirnya, melalui persiapan selama 15 tahun, robot pertama yang mirip manusia, akan meluncur ke luar angkasa pada Senin 1 November 2010 mendatang.
Bersama rombongan astronot yang menumpang pesawat ulang-alik Discovery, Robonaut 2, nama robot itu, akan bergabung dengan astronot dan kosmonot yang akan mangkal selama beberapa bulan di stasiun  luar angkasa internasional.
Robonaut 2 adalah robot penerus Robonaut generasi pertama, yang sempat dikembangkan oleh NASA dengan berbagai mitra, termasuk DARPA. Belakangan, Robonaut 2 dikembangkan oleh NASA bersama General Motor sejak 2007. "Ini akan menjadi robot humanoid pertama di luar angkasa," kata NASA dalam blog resminya.
Sesampainya di stasiun luar angkasa, robot senilai US$2,5 juta itu akan diuji untuk memastikan kemampuannya mengerjakan berbagai hal di kondisi tanpa gravitasi. Robot ini akan membantu tugas-tugas yang beresiko bagi manusia.
"Tantangan yang kita terima saat memulai proyek Robonaut adalah membangun sesuatu yang memiliki kemampuan menyelesaikan tugas-tugas cekatan seperti yang dikerjakan oleh manusia," kata Rob Ambrose, Acting Chief of the Automation, Robotics, and Simulation Division, Johnson Space Center, NASA, seperti dikutip dari situs MSNBC.
Dari awal, robot ini dibuat untuk bisa menyelesaikan berbagai tugas dengan amanah, dan aman, berdampingan dengan manusia. Oleh karenanya, semua perangkat metal di sekujur tubuhnya dilapisi bahan empuk. http://teknologi.vivanews.com

Senin, 25 Oktober 2010

Indonesia Urutan 3 Suporter Paling Fanatik Di Dunia

BANYAK yang bilang kalau supporter adalah pemain ke-12 dalam suatu tim Sepak bola. Hal ini memang bukan tanpa alasan, karena supporter adalah elemen yang selalu memberikan suntikan semangat dan motivasi bagi para pemain yang sedang berlaga. Oleh karena itu, maka tak heran jika kemenangan suatu tim biasanya lebih banyak diraih di kandang sendiri.
Para supporter sepak bola itu sangat total dalam mendukung tim kesayangan mereka, bahkan tak jarang ada yang sampai mau berkorban nyawa hanya untuk mendukung tim kesayanganya. Hampir semua supporter di seluruh dunia ini pasti mempunyai rasa loyal dan fanatik, tapi tahukah kamu supporter dari negara manakah yang mendapat predikat sebagai supporter sepak bola paling fanatik?

Berikut adalah daftar 10 supporter sepak bola paling fanatik di dunia versi Firma sport marketing Inggris Initiative Futures Sports+Entertainment:

1. BRAZIL


Sebelumnya Brazil menempati urutan ke-4, namun pada tahun ini Brazil merangkak naik dan menempati jawara sebagai negara dengan penonton terbanyak di dunia.

Negara yang dikenal sebagai pemasok pemain sepakbola terbesar di dunia ini adalah salah satu negara yang mempunyai supporter sepakbola yang fanatik. Sudah tak terhitung berapa nyawa yang melayang karena tawuran antar supporter di liga Brazil.

Supporter Brazil dikenal sangat loyal pada tim. rata-rata kepadatan Stadion bahkan bisa mencapai 93%. Basis supporter fanatiknya adalah Sao Paolo FC.

2. JERMAN


Sebelumnya Jerman hanya menduduki posisi ke-10, namun pada tahun ini, Jerman mampu menempati posisi ke-2 setelah Brazil.

Salah satu negara dengan sepak bola yang maju ini mempunyai banyak supporter yang sangat fanatik. Banyak supporter yang rela untuk berpetualang berkeliling negara Jerman hanya untuk mengikuti tour musiman tim idola mereka.

Tingkat loyalitas mereka sangat tinggi, bahkan presentase rata-rata kepadatan stadion bisa mencapai 85%. Basis supporter fanatik Jerman adalah Bayern Munich dan Hertha Berlin.

3. INDONESIA

Pada posisi sebelumnya Indonesia berada di posisi ke-3, dan pada tahun ini, Indonesia tetap berada pada posisi tersebut.

Indonesia adalah salah satu negara yang paling banyak menelan korban tawuran antar supporter di liga sepakbola. Rasa fanatisme yang berlebihan ini kadang justru berdampak negatif.

Bahkan franz Beckenbauer pun sampai kaget setelah melihat video tawuran supporter Indonesia. Ia mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai supporter terloyal.

Hal itu dibuktikan dengan tingginya angka rata-rata kepadatan stadion di Indonesia yang bisa mencapai 96%. Basis supporter fanatik Indonesia adalah Persebaya, Persib, PSIS, Persipura, dan PSIM.

 



4. CINA

Siapa yang tidak kenal dengan cina, negara dengan penduduk terbanyak di Asia. Sepakbola China cukup diperhitungkan di Asia, terlebih dengan suporternya yang fanatik.

5. INGGRIS

Posisi sebelumnya Inggris berada pada posisi jawara, namun belakangan supporter Inggris mengalami stagnan, sehingga posisinya turun ke posisi 5, bukan karena fanatisme sepakbola di Inggris menurun, tapi karena ada negara-negara lain yang memiliki peningkatana fanatisme yang cukup signifikan.

Tak dapat dipungkiri lagi, Inggris lah negara dengan suporter paling fanatik di dunia. Para Supporter tak henti-hentinya menyanyikan lagu kebangsaan tim mereka sepanjang 90 menit untuk mendukung tim mereka. Bahkan di tingkat negara, Hooligan Inggris juga dikenal sebagai supporter paling fanatik.

Rata-rata kepadatan stadion bisa mencapai 99%. Dan basis supporter fanatik di Inggris adalah Liverpool dan Manchester United.

6. PRANCIS

Prancis menjadi juara dunia ketika menjadi tuan rumah piala dunia tahun 1998. Tak heran apabila Prancis memiliki banyak supporter di negaranya.

7. ARGENTINA


Loyalitas supporter Argentina dalam mendkung tim idola mereka memang tak perlu diragukan lagi. Para supporter sudah menganggap kemenangan tim sebagai harga mati.
Maka tak heran jika mereka selalu total dalam mendukung tim mereka untuk memperoleh kemenangan. Sama seperti Indonesia, di Argentina juga banyak terjadi perkelahian antar supporter yang menyebabkan korban jiwa.

Tingkat rata-rata kepadatan stadion bisa mencapai 97%. Basis suporter fanatiknya adalah River Plate dan Boca Junior.

8. AMERIKA SERIKAT


Pada tahun 1991, Amerika serikat berada pada posisi 23, dan pada tahun 1996 naik ke posisi 8. Bahkan pada tahun ini Amerika Serikat diprediksi akan mencapai posisi ke-5 melompati Inggris dan Prancis.

Lambat laun Piala Dunia bisa membuat orang-orang Amerika Serikat demam sepakbola, soalnya jika biasanya layar-layar lebar berisi pertandingan bisbol, kini yang diputar adalah sepakbola.

Demikian pula di kota-kota lainnya. Orang-orang Amerika mengatakan negaranya serasa berada di dunia lain selama Piala Dunia.

9. ITALIA

Di Italia, fanatisme supporter memang sangat tinggi. Supporter Italia dikenal sebagai supporter yang keras, bahkan hampir tiap klub mempunyai supporter garis keras (ULTRAS), yang biasanya selalu total dalam mendukung tim.

Rata-rata kepadatan stadion pun mencapai 93%. Basis supporter fanatiknya adalah Roma, Juventus, serta Milan dan Inter Milan.

10. MEKSIKO


Salah satu kekuatan sepakbola benua Amerika ini memang dikenal mempunyai banyak supporter fanatik. Dan salah satu yang unik dari mereka adalah, mereka selalu menampakkan identitas ke-Mexico-annya dalam mendukung tim kesayangan mereka.

Rata-rata kepadatan stadion mencapai 90%. Basis suporter fanatiknya adalah Chivas Guadalajara.(Firma sport Inggris)

Pesona Grand Canyon, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia

VIVAnews - Pemandangan alamnya memang sangat indah. Di sepanjang horizon, ngarai raksasa ini mempertontonkan mukjizat yang tercipta dari 6 juta tahun tempaan alam yang melingkupi Sungai Colorado.
Gurat-gurat lapis batuannya yang kokoh yang menjadi saksi berbagai peradaban. Dari mulai kaum Indian Pueblo yang bercocok tanam dan meninggali gua-gua yang diukir di tebing yang curam, hingga Presiden Theodore Roosevelt yang gemar menyambanginya untuk sekadar memburu binatang.


















Tak heran, bila Grand Canyon selalu menyihir banyak orang. Menempatkan ngarai sepanjang 446 km dan ketinggian tebing rata-rata 1,83 km itu sebagai salah satu mukjizat alam yang paling menakjubkan.

Minggu, 24 Oktober 2010

Dua Bobotoh Persib Tewas, Jatuh Dari Kereta Api

Dua Bobotoh Persib Tewas, Jatuh Dari Kereta Api

bobotoh santun

bobotoh yang sejati selalu mendukung ketika PERSIB menang maupun kalah, tidak hanya memuja ketika menang dan mencela ketika kalah.Karena suporter selalu memberikan kontribusi yang positif kepada tim kebanggaannya. "Jangan tanyakan apa yang telah PERSIB berikan, tapi tanyakan apa yang telah kalian berikan untuk PERSIB"